INILAH,Akhir debat ciamik, "Dilan" hingga "jangan ketawa"

Inilah Berita  Debat keempat Pilpres 2019 yang mempertemukan calon presiden Joko
Widodo dan Prabowo Subianto pada Sabtu (30/3) malam dan berakhir "ciamik "menurut pakar bahasa
tubuh Monica Kumalasari.

"(Debat) kemarin itu ditutup dengan hal yang ciamik. Pak Jokowi menutup dengan majas metafora
(secara tidak langsung) mengenai dia suka naik sepeda, rantai tidak putus, bukan memutuskan
persahabatan," ujar Monica kepada wartawan berita Antara melalui sambungan telepon, Minggu.

"Suasana yang tadinya di tengah-tengah lumayan tegang, ditutup dengan seperti itu. Kemudian,
Pak Prabowo juga menanggapinya dengan hal yang sangat baik dan permisif," sambung kata pakar
yang meraih lisensi dari Paul Ekman itu.
Prabowo, walaupun sempat meledak-ledak saat berujar di dalam debat, pada akhirnya bersikap cair.
Jokowi yang sedari awal debat tampak terlihat cemberut bisa tertawa lepas dan tersenyum di akhir debat.

Nampak Tegang di awal
Monica berkata, seperti sebelumnya, debat keempat juga diawali ketegangan. Kedipan kedua
mata capres terlihat lebih  meningkat.
Prabowo banyak menggerakkan bagian tangan, misalnya melakukan gerakan menunjuk sesuatu.
Sedangkan pak Jokowi tak banyak memperlihatkan gestur pada sesi awal debat. Calon presiden petahana itu
banyak menumpukkan kekuatan pada kata-kata sehingga sedikit menggerakan tangan.

"Dilan"
Jokowi menggunakan diksi "Dilan" yang dalam konteks ini Digital Melayani saat menyampaikan
visi dan misi pada awal debat. Menurut Monica, pemilihan diksi itu mudah sekali diterima
masyarakat seperti saat cawapres Ma'ruf Amin bilang "10 Years Challenge" pada debat
sebelumnya.

"Diksi seperti ini memudahkan untuk stay lama di pikiran pemirsa," kata Monica.
Baca juga: Moeldoko: Jokowi diteriaki saja nggak dengar apalagi dibisiki
Soal tema debat: Ideologi, Pertahanan dan Keamanan, Pemerintahan serta Hubungan
Internasional

Monica melihat Prabowo terlihat membara ketika berbicara dalam konteks besar. Sedangkan
Jokowi mengungkapkan detil pelaksanaan karena didukung banyak data.
"Paling mudah itu karena Pak Jokowi itu petahana, data sudah banyak. Sementara Pak Prabowo
menggunakan pengalaman beliau pribadi," kata dia.

Monica menganalogikan Prabowo dan Jokowi sebagai sosok bapak dalam keluarga dari sisi gaya
bicara dan pakaian.

"Pak Prabowo rate speechnya tegas jadi karena bahasa yang digunakan seperti itu. Frasa yang
digunakan adalah 'Jika Prabowo-Sandi berkuasa'. Itu memang pola fatherhood-nya adalah ayah
sebagai penguasa atau kepala keluarga," ujar Monica.

Tampilan itu terlihat dari setelan jas klasik yang pakai Prabowo seperti tampilan seorang
atasan.
"Sementara itu Pak Jokowi, sesuai dengan kata-kata yang sering beliau keluarkan, orientasinya pada
kerja. Pakaiannya pun lebih kasual seperti halnya orang kantor. Bahkan, beliau jugamemakai sepatu santai
banget. Terlihat dari gestur setiap beliau memulai itu juga menyisingkan lengan baju" kata Monica.
Monica melihat sudah ada saling lempar pujian antara kedua capres sejak debat kedua. Namun,
Prabowo beberapakali menambahkan kata "tapi" dan ini menandakan pengakuan bersyarat.

"Jangan ketawa"
Pada sesi tanya jawab dari panelis untuk tema Hubungan Internasional, Prabowo sempat
mengatakan pertahanan negara rapuh dan disambut gelak tawa penonton. Prabowo bereaksi
sembari mengatakan "Jangan ketawa. Kenapa kalian ketawa? Pertahanan Indonesia rapuh kalian
ketawa. Lucu ya?".
Monica berpendapat bahwa hal semacam itu juga terjadi pada debat kedua.
"Ketika debat ya harus debat yang menang. Pak Prabowo tenang, tenang, tenang, tetapi pada
akhir segmen ada makro gestur yang terlihat kalau beliau tolak pinggang, bahkan yang ramai itu
saat 'Jangan ketawa'. Itu sebenarnya juga terjadi di debat kedua," katanya.
"Ketika menutup entah dengan tangan yang tolak pinggang, atau beliau yang menunjuk-nunjuk itu
muncul emosi. Memang harus menang. Banyak sekali segmen harus ditutup dengan seperti itu,"
sambung Monica.

Gaya kepemimpinan
Monica menggunakan analogi fatherhood, yakni gaya ayah sebagai pemimpin keluarga untuk
menilai gaya kepemimpinan Jokowi dan Prabowo.
Cara memimpin Jokowi, kata dia, persis seperti gaya orangtua masa kini, menjadi teman anak.
Sementara cara Prabowo, mirip seperti orangtua zaman dulu untuk mendisiplinkan.
"Mau berbicara korupsi yang dibenerin sistemnya. Kalau Pak Prabowo, korupsi, koruptor pindahin.
Ini lebih pada gayanya," kata Monica.
Dia mengatakan gaya memimpin itu berhubungan dengan cara seseorang termotivasi.
"Memang caranya orang termotivasi ada dua. Ada anak sudah dibilang belajar yang baik, nanti
boleh main ponsel, tapi anak enggak bergerak. Sementara ada yang begini, kamu belajar yang
baik kalau enggak ibu akan kirim kamu ke tempat nenek di kampung. Anak itu bergerak," papar
Monica.

Terkait kalimat motivasi yang lebih baik, Monica mengatakan penerimaan motivasi itu tergantung
masing-masing orang.
"Itu tergantung cara orang termotivasi karena ada di alam bawah sadar. Ada orang yang
termotivasi dengan kata 'Indonesia akan hancur'. Tetapi, ada juga yang termotivasi 'Indonesia akan
maju, akan begini...'," kata dia.

Oleh Lia Wanadriani Santosa
Editor: Imam Santoso
 ANTARA 2019

0 Response to "INILAH,Akhir debat ciamik, "Dilan" hingga "jangan ketawa""

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel